Senin, 29 November 2010

Hari Yang Asing

Seperti biasa,
Lamunan tetap mengisi langkah hari ini
Berpangku tangan solusi tepat
Juga menunggu jawaban akan kehadiran

Suatu saat,
Mata ini menangkap huruf yang asing
Matahari bukan lagi hanya sejengkal
Melainkan bebas terjun tidak kenal batas

disitu senyumku berpacu
salah tingkah tepatnya..

Hari ini rasanya sangatlah asing
Dalam seminggu aku berprasangka hari ini adalah hari ke-8
Tidak terhitung,
Namun setia menarik bait nadiku
Terlebih lagi,
Jika kurasakan hangatnya sepenggal senyuman



dan itu kamu

Minggu, 28 November 2010

Tiga langkah

Pergerakan mulai berjalan kedepan
Berbagai rambu hanya kulihat samar
Lalu lalang suara burung camar yang hinggap
Selalu ku berharap, suara itu bukan hentakan

Satu langkah kucoba masuk
Dengan pemikiran panjang serta pilihan
Bermodal harapan juga keraguan
Sedikit jarak kucoba paksakan

Sedikit cahaya memaksaku melangkah pelan
Tetapi logika merangsang ku untuk berhenti
Besar kepala bukanlah solusi
Melainkan lubang hitam dimana mimpi ini terpendam

Biarkan tiga langkah lagi kumaju..
Dengan keraguan,
Dengan kepastian akhir,
Dan dengan jawaban..

Dua Bait


Senyuman bukan omong kosong
Aku dan dia ikatan hati
Bukan cinta melainkan perbedaan
Perbedaan satu yang berisi seribu ungkapan

Bukan dalam tidur ungkapan itu nyata
Bukan dalam nafas ungkapan itu hidup
Tetapi jembatan pikiran lah sejatinya
Penghubung dua bait,
Pada saat waktu bertanya, dan kita menjawab..

Sabtu, 27 November 2010

Kamar Gelap

Ketika hanya lampu meja yang dapat bercerita
Tidak kudapatkan satupun huruf makna
Yang berisi "penjelasan"
Tentang dunia yang tidak pernah berhenti berbisik
Tentang cinta yang tidak bersahabat
Sekalipun waktu yang selalu saja berganti
Gelap menuju terang..
Terang menuju gelap..
Bahkan gelap yang berlanjut dengan gelap

Hanya sepi,
Yang tidak terdefinisi
sama sekali..

kesendirian itu membosankan, hanya gelap yang bertekuk lutut mengharapkan empati

Pemimpi

Merangkai cinta dalam sebuah tulisah itu mudah
Tetapi untuk mewujudkanya sulit
Beban yang terbawa langkah semakin berat
Tanpa tahu rasa yang terdapat

Semakin kucoba menghirup kesadaran
Yang kutemukan ketika berpaling
Hanyalah sejarak perasaan
Bukan suatu rasa pada saat pergi
Melainkan saat tiada...

Semakin kusadari rasanya semakin terbenam

Terbenam lebih dalam tanpa tau apa itu batas
Semakin tau akan kekosongan
Harapan tentang seseorang yang asing
Dan mimpi..

Minggu, 17 Oktober 2010

180 hari

Bukan lagi diartikan sebagai rindu
180 hari..
Berjuta detik dan rasa
Tidak pernah satu jengkal pun kembali
Pecah

180 hari kisah lama tidak terkembang
Hanya jarak yang bercerita

Jika sanggup terpeluk, kupeluk
Jika sanggup terlepas, tidak akan pernah
Sedetik bukan hanya kisah biasa
Hari dengan mu lebih dari normal

Lebih dari 180 hari..

Dari sini saja bisa kulihat kau tersenyum
Walau bukan untuk ku, aku siap menunggu lebih dari 180 hari
Sempat kisah kita berjalan setapak
Tapi kurasa tidak sampa 180 hari semua kisah abadi

Dari Hati Tanpa Jarak

Dalam hitungan detik tidak ada lagi jarak
Tiada jarak untuk dipaksa berlari
Karena satu spasi yang terlampau jauh menepi
Mengganti setiap bisik malam menjadi nyanyian
Kian jauh tiada pemilik
Memeluk sepi yang berkelanjutan
Hangat semua terseduh..
Memori dan saat ini
Mendekatkan kembali apa yang disebut cinta
Pahit, manis, ditambah satu yang tidak tertebak

Jumat, 15 Oktober 2010

Terakhir

Malam tanpa nada yang menjajijkan
Hanya debu rokok yang berterbangan
Bergantian membasuh kesendirian malam ini
Yang terakhir, teman terbaik

Yang terakhir, terindah malam ini

Nafas terakhir tegukan terakhir
Biarkan musik yang mendefinisikan
Segala permainan di atas atmosfer
Mengendalikan sesuatu di kata terakhir

Yang terakhir, adalah teman terbaik
Sebaiknya lebih dari melangkah
Bukan hanya tembok yang kosong
Penuh,
Menggambarkan emosi penuh arti tanpa makna

Kamis, 16 September 2010

Doa Dalam Sepi

Berikan aku isyarat
Satu sandi tersulit
Seribu bahasa terpetik
Hilang...
Cahaya

Semua suara mengambang
Dalam hati, dalam angan
Dalam air mata..
Dalam doa

Semua tertunduk

Meski hanya sekali
Biarkan aku berbisik
Tentang maaf dan segalanya
Dengan kau mendengar,
Dan menjawab untuk selamanya

Lagu Malam Itu

Aku ingat,
Dimana belaian hangat terlepas ke atas kepalaku
Berjuta kasih yang bisu tidak berhenti menyiramku
Dengan segenap belaian tanganmu..
Lagu pengantar malam itu

Penuh irama,
Melodi kasih bermain tanpa syarat
Bermain dalam sebuah kisah klasik
Lagu hangat yang kau seduh malam itu

Memori dan aku meneteskan air mata
Meneteskan rindu lantunan sebuah lagu
Yang kini menjadi sebuah doa
Yang saat ini....
Seluruh hatiku, berbisik lantunan lagu itu

Jumat, 13 Agustus 2010

Berbagi Kosong

Jika saat ini kulihat satu persatu jarum jam berlarian mengejar waktu, maka mulai kusadari jantung ini berdetak mencari suatu kepastian dari arti sebuah sunyi. Bisa kurasakan angin bermuara tenang, dangkal, tanpa sesuatu yang aneh. Lalat-lalat gemuk itupun terbang tanpa pikir panjang seperti biasa, debu yang berebut sandaran heboh seperti biasa, jalan raya yang semakin bising juga seperti biasa, selalu berteriak mencari satu emosi. Tapi suatu rasa ini terus saja memicu jantung ku, "siapa?" atau mungkin "apa?" bahkan "bagaimana?" ikut ambil bagian.

Seperti dua sisi koin yang berputar searah, aku hanya dapat menunggu hasil dari segala takdir. Disini berbagi kekosongan. Semua terjadi tanpa percakapan, hanya seperti dua titik yang terhubung garis semuanya terjadi, singkat.

Pertama yang kucari adalah "siapa?". Seluruh fungsi otak terus saja bekerja semaximal mungkin dengan keraguan seminimal mungkin. Mulai lagi berbagi dengan kekosongan, kucoba gali terus menerus apa rasa yang membuat hati ini berlabuh. Atau mungkin tepatnya "siapa" yang melabuhkan hati ini. Nihil. Tidak kutemukan satupun bingkai foto yang terkena, Tidak ada sama sekali wangi yang menyebar mengingkatkan ku pada seseorang.

Lalu Kedua dengan pencarian "apa?". Kurasa untuk yang satu ini, tidak harus kukebiri detik-detik jam yang daritadi berusaha kabur. Sudahlah, buat apa berbagi kosong dengan omong kosong.

Mungkin yang menarik adalah "bagaimana?". Disini saat berbagi kosong, aku tidak lagi merasa seperti dua titik yang terhubung oleh garis, Melainkan sebuah lingkaran kecil dalam lingkaran besar. Aku berada didalam ku, tapi dalam bentuk yang lebih besar, mungkin sudah lama, tapi tidak pernah ku berpfikir untuk menyentuh luarnya. Satu bulan kucoba hitung mundur, apa itu "bagaimana" yang kurang, apa pencampaian yang belum kusentuh ujungnya. saat itu juga waktu menggilas tajam naluriku, seperti memotong jarak, aku sadar. Bagaimana bisa aku lupa dengan semua kertas, dan pesil-pensil ku, bagaimana bisa imajinasiku tidak lama singgah dan mampir, bahkan bagaimana bisa aku berbagi kosong disaat seperti ini. Detik itu juga aku bangun dan mulai menggali semuanya.

Bagaimana bisa kosong menyadarkan itu semua?
mungkin hanya waktu yang pantas mengetahuinya, kelak..









Jumat, 30 Juli 2010

Raflesia Arnoldi

Di zaman hedonis ini
Ada..
Satu atau mungkin segelintir
Ku temukan bunga langka!

Bukan seperti bunga mawar
Bukan kawan
Melati lagi?
Sangat bukan kawan

Di hampara luas hatiku
Ku temukan bahwasanya bunga bunga itu
Adalah raflesia arnoldi
Bunga bangkai!

Percayakah itu kau kawan?

Dia langka, sudah diambang eksistensinya
Tapi bagiku disitulah titik pemenang untuknya
Biarlah dia bungai bangkai
Karena di 2010 ini, yang langka hanya bunga bangkai

Namun Raflesia Arnoldi itu...
Bagiku adalah bunga terharum

Bulan di Jakarta

Malam di jakarta sudah usang
Sepi dan berbeda
Angkasa murung
Bintang-bintang ter-phk dari malam

Tinggal bulan sendiri
Kadan bersama segelintir awan hitam
Kadang bersama perih yang dibawa angin malam
Tapi tetap kokoh!

Dia tetap bersinar
Seterang kerinduanya terhadap para bintangnya...

Tapi hati yang seluas langitnya

Layang-layang

Tersesat diatas angin
Aku mulai hilang tersapu birunya angkasa
Malu akan hijaunya rerumputan
Rindu akan kisah memorial ku dengan awan

Seperti angin cintamu
Membantu ku berlaju di atas angan-angan
Meniup sanubari
Mengangkatku lebih tinggi

Tinggi...

Setinggi mataku mampu menatap matahari
Jauh...
Lepas membentang sayap bak layang-layang
Menyongsong langit berirama angin

Denyut segelas kopi

Kopi yang kuteguk hitam
Sehitam problema hidup
Kopi yang kuteguk pahit
Semakin pahit mengingat hidup

Kini kulepas semua bersama uapnya
Semakin kulupa semakin manis air hitam itu

Denyut segelas kopi mengangkat senyum tabiat hariku

Hanyut

Murungku mengendapakan sepi yang membeku
Sepi...
Rindu...
Angan-angan...

Bermuara hatimu deras
Siapa yang daritadi melambai tangan?
Hanyut...
Lepas...
Pergi...

Dengan hati yang beku
Atlantik di sudut malamku
Menerjang!
Namun pelan kutahu tanda tanya itu

Siapa?

Cinta yang pingsan
Mati suri
Hanyut...
Hilang, pergi, terbangun
Membeku, pulih, terlepas

Rabu, 07 Juli 2010

Spasi yang Memisahkan Keyakinanku

Keraguan bukan lagi omong kosong
Disetiap keyakinanku ada saja spasi
Terpisah kecil kecil..
Biarkan saja waktu tertawa, toh aku hanya seekor ulat

Ulat yang setiap hari bermimpi menjadi kupu-kupu
Siap menjaga bunganya dan sebegitu juga baliknya
Tapi kurasa manisnya mimpiku itu kenyataanya pahit
Hanya sebatas keraguan..

Surut

Hatiku surut dibuatnya
Tidak tahu perbedaan aku terus menggebrak sekawanan karang
Perasaan ini semakin ditekan dalam,
Sampa kadang terasa terlalu dalam..

Matahari yang terik menguapkan segala isi jiwaku
Tanpa prasangka terus saja kubuat langkah kecil
Kecil, perlahan, tidak tahu arti kata pasti
Lalu lalang bisik pasir membela renungan hatiku yang mulai surut..

Malam Sunyi

Beralas sepi , selimutku hanya kerinduan dan rasa ingin tahu
Dengan atap oranye hatiku lari penuh rasa beban
Pikiranku sama sekali tidak bersahabat
Jatuh terlantar ke ujung harapan semu

Yang dapat memeluk ku hanya angin malam dan embun pagi
Kamu? bintang tanpa cahaya
Seperti pasir tercium ombak
Hanya malam melecehkan bulanya..

Kosong

Satu dua titik hujan belum mampu mengisi malam ini
Seperti gelas kosong yang bermimpikan suatu saat akan penuh
Seperti bingkai foto yang didalamnya hanya senyum hampa
Penuh reaksi yang tertidur lama tanpa terpejam

Jam dinding terus menunjuk sinis sisi tembok yang kosong
Cahaya lampu kuning belum cukup menepuk punggung malam ini
Angin malam hadir hanya menusuk dada yang sudah lama perih
Malam ini sahabat hanyalah selimut tebal dengan cerita fananya

Terang Gelap

Satu hal yang belum terucap,
Dari mimpi-mimpiku
Dari serpihan tawa-tawa kecilmu
Kata-kata yang kaku

Tertahan emosi,
Semuanya hamparan bisu
Terang tidak dapat tertawa
Gelap tidak dapat menghentikan sepi

Dari Sudut Pandang Waktu

Termenung adalah hal yang tepat
Aku, mungkin bukan yang tepat
Ya.. bukan yang tepat,
Maksudku jika diartikan dalam kamusmu
Kamus kecil yang KAU sakukan di kantung mata

Biarkan saja salju turun di padang pasir
Bukan pandangan yang aneh,
Menurutku...
Karena dari sudut pandang waktu,
Semua itu pasti akan terjadi
Hanya saja yang tak pasti adalah kau dan aku
(mungkin)

Selasa, 18 Mei 2010

Didalam Rasa

Hatiku sedang bernuansa lain,
Malam ini bukan lagi beratap bulan
Bukan lagi memeluk awan gelap hitam
Melainkan hanya sendiri mencoba menebak isi tanya dirimu

Banyak orang bilang hatimu layaknya ombak ganas
Lugas menggoyahkan kapal pesiar usahaku
Tinggal menunggu siap terjun tenggelam
Bersama rasa ingin tahu dan ketidakpercayaan

Kau datang pergi secepat dirimu inginkan
Bersama "rasa" ini aku menunggu semua terjadi
Rasa ingin tahu tentang alam mu yang sulit tertebak
Alam mu yang kian hari menelan kisahku didalam rasa

Senin, 10 Mei 2010

Tentang Kamu

Saat embun bibirku meleleh di pucuk hati mu
Aku merasa bahwa aku adalah orang paling beruntung
Semua kata-kata mu meleburkan jantung dengan hati ku
Yang tiap waktu berdenyut memanggil nama mu
Andai saja sekarang tanganku masih dapat membelai rambutmu..

Mata Hati

Terbuka ratusan mata hati
Yang membaca beribu penderitaan
Yang menyaksikan tumpukan kebahagiaan
Sungguh, tampa sadar semua tampak nyata

Bayang fana bukan lagi dipelukan
Nyanyian syair kehidupan dipedengarkan
Terdengar jelas desir debu menumpuk senang
Mata hati sungguh turun peranan

Minggu, 09 Mei 2010

Tanya Rindu

Sesal tertimpa seranjang rindu
Rindu siapa tanyaku rindu?
Hilang genggaman kuremas resah waktu
Sepi terhempas tanpa siapa tanyaku

Sunyi angin malam tersirat di arti hidupku
Tiada makna tiada definisi
Tiada janji kekal di telapak tangan
Beberapa kali kulupakan tetap saja kenangan dalam ingatan..

Sabtu, 27 Februari 2010

Awal mula cerita

Sore hari saat semangat ku lunglai
Dengan kehidupan yang datar dan berulang
Disitu awal cinta endapkan kata-kata ku
Tepatnya di akhir pengujung hari

Saat tubuh ini terlempar ke pangkuan kursi kecil
Kepala ku bersiasat dan menoleh kiri,
Nah! kudapatkan sosok baru terdiam
Membuat dahi merengut, dengan banyak tanya..

Semangat pun meluap,
Menanyakan siapa nama yang terdiam itu..
Saat kutangkap suaranya terbilang
Bumi berputar bukan lagi mengikuti porosnya
Ya, senang, satu kata mendefinisikan aku akan dirinya

Semakin lama tahu aku tulus jiwanya
Bening tawa dan lembut perwatakanya
Sungguh, diam aku dibuatnya..
Diam karena rasa datang dari nya menjamu hatiku..
Terbawa bayang, inikah cinta?

Di detik bayang-bayang rindu

Inikah selembar rindu,
Yang banyak dibicarakan orang,
Yang muncul di tepi semu
Ketika malam melahap terang?

Tidak tertulis ataupun sadar,
Berkata bisu itukah setianya?
Beranjak sulit, terjatuh kasar
Cinta hadir buta mulanya..

Jumat, 19 Februari 2010

Harapan rindu

Angin sampaikan rindu,
Melewati sela-sela rerumputan
Menuju tepat di rasa ku
Tersenyum dengan bisik waktu

Sebatang rokok tidak selamanya temaniku
Disini kembali sendiri,
Mencari yang ada dan selamanya
Menemani rindu yang beratap sepi

Dirimu kuharap yang bisa,
Disini tetap tanpa tembok yang besar
Tanpa keraguan dan karangan
Karena aku, berdua dengan rindu
Menemukanmu beridiri dengan bunga di tangan kanan mu

Dunia tidak hanya sebatas kursi kayu

Aku terpojok di kesunyian malam
Aku buta akan benar dan salah
Tanpa haluan layarku kulepas bebas
Karena malamku tidak hanya singgah di kursi kayu

Duniaku tidak sekecil mataku
Aku sadar, tapi entak kenapa rasanya mati suri
Aku seperti terlahir menjadi definisi yang bertentangan,
Dengan akal sehat dan nurani yang terinjak

KAMU

Kamu adalah matahari, bintang, juga bulan
Setiap hari kamu selalu nyata
Kamu seperti awan yang berat di senja kelam
Deras, menghujani taman hatiku

Kamu bagaikan angin timur,
Mengiringi hangat membawa berita gembira
Kamu juga bagaikan angin barat
Tenang, Mengiringi sejuk ke lembah hati tanpa rasa..

Sabtu, 13 Februari 2010

14 Februari

Hari setiap awal cinta,
Dimana para burung biru menyiulkan kebahagian
Jantan dan betina bertemu rasa
Hari inilah St.valentine meniniggalkan nyata

Kisahnya pengorbanan kasih sayang
Teruntuk seseorang yang tiada dua
Benih rasa, cinta, serta elegi tertanam
Dan saat ini juga dunia menariknya jua

14 Februari,
Tanpa ragu cintaku untukmu
Menghujani setiap panas emosimu
Menampung penuh tetes laramu
Dan menggangkat layar menjemput kebahagiaan..

Kamis, 11 Februari 2010

Malam seribu bintang

Hari ini langitku berbeda
Merah marun penuh tanda,
Dengan sedikit coretan berjarak kecil-kecil
Bintang-bintang yang damaikan jiwa

Kebahagiaan bukan tanda
Melainkan rasa tanpa dua bagian
Hanya satu dan tak pernah terlpukan
Jika memang seribu bintang menghujani malam sunyi ku

Apa yang sebenarnya tersembunyi

Di ruang kecil ini,
Tepatnya di tengah hatiku
Aku bisa melihat bingkai fotomu
Tertanam erat dengan segala rasa ku

Di nadi ini,
Tepatnya di setiap jalur darah mengalir
Aku bisa rasakan hangat perhatianmu
Mengalir pelan bersama waktu yang deras

Di segala langkah kaki ku,
Bisa dibilang setiap hari yang terpijak
Aku rindu rasa hadirmu
Yang membuatku merajut rasa-rasa

Apa yang tertulis sekarang,
Adalah apa yang tertahan
Tapi ingin segera keluar dan nyatakan
Apa satu hal suci yang diam dan bersembunyi..

Alam jakarta dari sisi lain

Bunga yang tumbuh terasa juga
Angin yang terhempas tiada suram
Di tepi monas aku berkarya
Tertulis alam tanpa kelam

Seperti kupu-kupu aku bebas
Menghinggapi beribu ragam bunga
Melihat satu alam terlepas
Dengan keindahan tanpa bahaya

Rasa yang ternggelam

Ringkih waktu termakan kelam
Lepas tinggal angan khayalan
Rindu yang lama tak lagi datang
Membusuk, di tepi hati karangan

Cinta hadir tidak lagi sama,
Berlawan arah dengan keabadian
Hadir ku yang dulu sekarang tenggelam
Terbungkus ombak menghantam asa

HILANG

Angin lalu beku,
Beranjak hilang tanpa langkah
Risaulah hati sendu gundah
Cintaku yang dulu masikah sama

Bati syairku pun buta
Inspirasiku lepas hilang
Karena pada nadiku,
Cinta untukmu sudahlah hilang

Minggu, 07 Februari 2010

Cerita tentang dirinya

Dirinya,
Mampu mengalahkan hatiku
Hatiku dibuatnya tunduk
Dibuatnya malu jika tersentuh

Dia,
Masih orang yang sama,
Terbangun di setiap mimpi-mimpi indah,
Terjaga di setiap bait syair

Dirinya Inspirasi,
Hidup di setiap bait syairku
Di detik waktu selalu terlintas
Menggerakan syaraf-syaraf motorik
Mengunci perasaan, di yang "terdalam"

Jam 06:00 lewat

Aku yang terbangun dari tidur,
Mendengar bisik hari akan malam
Mendengar para muadzan-muadzan
Berlomba-lomba meneriakan seruan tuhan

Aku yang akan bangun,
Menengok sinis arah jarum jam
Detik ke detik berguguran
Yang terjaga hanya seutas pikiran

Hatiku hatimu

Mungkin hatiku seluas benua
Juga sedalam samudera
Sehingga Kau terlalu bebas bermain
Juga terlalu dalam tenggelam

Tetapi hatimu sedingin Antartika
Juga sebeku kutub selatan
Sehingga aku terbunuh sunyi
Juga tertunduk beku...

Tanya burung gereja

Burung-burung tidak henti bernyanyi
Sesudahnya dia berkata padaku,
"kenapa wajah kakak terus saja dilipat?"
Aku hanya diam dan tertawa kecil

Setiap hari dan berhari-hari
Itu saja pertanyaan yang terseru
Dan itu pula yang buatku tersenyum

Setiap terbangun di awal hari,
Burung-burung itulah yang pertama kurindu
Eh tidak, mungkin leluconya yang kurindu
Leluconya yang menanyakan,
Wajahku yang kaku saat terkejut menatap sunyi mentari

Jumat, 22 Januari 2010

Hilang malam ini

Cinta,
Itu satu kata yang terpojok
Mimpi-mimpi pasti meneriakan cinta
Hanya saja, aku tidak bermimpi

Aku tidak merasakan mimpi yang terbangun
Mimpi-mimpi ku musnah,
Seperti bara rokok yang baru saja kulempar,
Dan terinjak..
cepat,
Seperti gelas yang baru saja kubuat kosong

Biru

Terhanyut buta arah
Terpejam mata masih tampak terlihat
Jelas, muka ku di dinding kaca
Kosong, menatap biru di pojok sofa

Melepas resah hidup
Bersama tawa yang semakin bising
Aku pindah ke balkon luar
Menatap kembali senyum biru

Di kegelapan embun semakin tebal
Bulan semakin memahat cinta
Damai, rasa ini damai
Seperti rasa, di kamus kita tidak ada kata perang

Di setiap detik jam semakin biru
Terhanyut-hanyut ombang ambing
Tapi aku menikmati,
Menikmati hidup yang disaat itu hanyalah bawah sadar

Sabtu, 09 Januari 2010

Beribu kata hilang

Ratusan kalimat meninggalkan sarangnya
Yang tertinggal hanya senyuman
Dan sedikit rasa malu akan sesuatu
Sesuatu yang terus berlari di pikiran ku

Begitu juga dengan kata-kata
Ribuan keping musnah
Membuatku merasa apa itu bisu
Bisu akan cinta yang enggan terucap

Terjatuh kembali

Di sepi rindu kasih dalam yang menyiksa
Yang sudah lama kosong
Tak bisa kulihat satu helai rambut pun
Tak ada yang berjalan dengan hati senangnya

Saat tertatik untuk membuka mata lebih lebar
Ku tau siapa yang bisa menuang kembali
Ku lihat dari tatapanya yang lembut
Dan emosinya yang meluap

Aku hanya bisa melontarkan senyum
Senyum tulus yang berharap " kau tahu sesuatu "
Sesuatu yang pasti dari diriku
Yang membuatku jatuh ke yang terdalam

Kini semua masih tanda tanya besar
Kuharap tanda tanya tersebut tidak memberatkan ku
Untuk dapat mengangkat hatimu
Dan sekarang yang kutahu hanyalah..
Ini bernama jatuh cinta

Kamis, 07 Januari 2010

Awan yang menari

Kadang aku iri dengan awan
Setiap hari aku selalu mendongak ke langit
Melihat ia yang selalu berlari
Berlari tanpa henti tanpa haluan

Terkadang ia pun menari kegirangan
Menari di birunya langit
Menari dengan senyum yang lebar
Menatap rendah buatku bertambah iri

Terkadang pun ia menari di derasnya air
Membahasi bumi dengan tawanya
Menari lepas mengajak ku ikut denganya
Mengajak ku lepas dari rasa iri yang tertimbun

Jumat, 01 Januari 2010

Sebongkah batu bermakna cinta

Apa isi nadi ini?
Ternyata sebongkah batu yang terbungkus sutra..
Sutra putih berlapis embun
Dari panasnya api dan basahnya air

Apa yang kulakukan hanya menjaga
Mencintai, dan juga mengasihi
Seseorang yang memberi batu keras itu
Yang dirinya sendiri pun tidak dapat memecahkanya

Apa yang kulakukan hanyalah memberi
Memberi air agar bunga tetap mekar dan semakin tumbuh
Bunga yang tidak lain bermakna seseorang
Seseorang pemberi batu yang kini masih terdiam

Embun senja

Langit memeluk matahari yang enggan tenggelam

Dengan warna kalbu matahari tidak ingin tinggalkan hari

Perlahan pun langit sadarkan ia bahwa hidup itu selalu berputar

Dengan sangat berat pun matahari lampirkan senja nya


Dengan sangat sesal matahari meninggalkan siangnya

Ia tinggalkan segala kehidupan

Laut, Hutan, lembah, bukit, dan jelas manusia dan lainya

Ia masih ingin menguapakn air menjadi awan

Ia masih inginkan tumbuhan segera mekar Berjaya

Ia masih ingin bangunkan kehidupan dari gelap bulan


Namun kini waktunya embun pagi menjadi angin malam

Waktunya terik hari tenggelam di lautan bintang

Di pengujung senja semua akan terbangun

Matahari tertidur, tenggelam dengan mimpi-mimpi untuk hari esok

Lembaran baru

Hari berjalan melaju ke minggu
Minggu berjalan cepat melaju ke bulan
Bulan berlari melaju ke tahun
Semuanya terus saja hilang dan melaju kencang

Entah apa yang selama ini tertulis di tahun ini
Biarkan saja, simpan semua memori-memori itu
Sekarang saatnya beranjak naik
Jalan lurus tetap di jalurnya

Tutup buku lama buka halaman baru
Tulis lembaran baru dengan mimpi-mimpi
Lalu gambarkanlah di kenyataan
Sekarang adalah saat yang tepat untuk membuka mata lebih lebar
Jangan terus terpejam karena beratnya masa lalu..


-selamat tahun baru 2010-